Kronologi 7 Nelayan yang Ditangkap Usai Tolak Tambang Pasir Laut
Tujuh nelayan Pulau Kodingareng Makassar ditangkap polisi saat protes kapal PT Royal Boskalis yang kembali beroperasi menambang pasir laut.
Advokat publik dari LBH Makassar Edy Kurniawan menceritakan, kejadian ini berawal saat warga Kodingareng mengetahui kapal perusahaan kembali mengeruk pasir di wilayah tangkap nelayan pada pukul 06.00 Wita. Warga langsung bergegas menuju kapal tersebut.
“Kegiatan ini menimbulkan reaksi dari masyarakat dan nelayan Pulau Kodingareng,” ujar Edy.
Sekitar pukul 07.30 Wita, ratusan nelayan dan warga yang didominasi perempuan bersama aktivis dan mahasiswa bergegas menuju kapal untuk berdemonstrasi.
Ada 3 kapal jolloro serta 45 kapal lepa-lepa yang digunakan warga untuk mendekati kapal untuk meneriakkan protes mereka dengan membentangkan spanduk.
Aksi itu, lanjut Edy, berhasil usai Kapal Boskalis meninggalkan lokasi tambang.
Namun, saat para nelayan hendak pulang sekitar pukul 09.40 Wita, dua speedboat milik Polairud Polda Sulsel mengadangnya.
“Perahu terus didorong hingga penumpang dan nelayan yang ada di atas hampir terjatuh ke laut,” ujar Edy.
Polisi yang memepet kapal itu juga menarik paksa nelayan dan menangkap aktivis lingkungan yang sempat merekam penangkapan tersebut.
Tujuh nelayan yang ditangkap, kata Edy ialah Nawir, Asrul, Andi Saputra, Irwan, Mustakim, Nasar, dan Rijal. Sementara aktivis lingkungan yang ditangkap dengan kekerasan ialah Rahmat.
Hendra dari Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Unhas serta Mansur dan Raihan dari UPPM UMI Makassar turut ditangkap.
Learn more
“Sebelum ditarik paksa, mahasiswa tersebut memperlihatkan kartu pers. Polisi tak menghiraukan dan tetap menangkap mahasiswa tersebut,” ucap Edy.
Keterangan polisi
Sementara itu Direktur Polairud Polda Sulsel Kombes Pol Hery Wiyanto mengatakan, para nelayan yang ditangkap diduga terlibat dalam perusakan kapal PT Royal Boskalis.
Hery mengatakan, aksi protes itu disertai pelemparan bom molotov.
“Tadi pagi ada pengrusakan kapal penyedot pasir dengan melempar bom molotov dan memotong kabel listrik peunomatic-nya makanya kapal balik,” kata Hery saat dikonfirmasi melalui WhatsApp.
Hery menampik bila pada saat penangkapan pihaknya melakukan kekerasan.
Dia mengatakan, saat ini para nelayan, aktivis serta mahasiswa yang ditangkap diperiksa selama 1×24 jam di kantor Polairud Polda Sulsel.
“Enggak ada anggota yang menggunakan peluru tajam. Sesuai laporan, anggota yang bertugas tidak ada unsur kekerasan yang dilakukan saat itu,” ujar Hery.