Sejarah Tempe Makanan Asli Indonesia yang kini menjadi Mendunia
Tempe kini mendunia, makanan hasil fermentasi kedelai ini dikagumi oleh bangsa asing dan digadang sebagai superfood karena manfaatnya.
Di Indonesia banyak olahan makanan dari tempe. Sebut saja tempe bacem, tempe kripik, mendoan, botok tempe, dan masih banyak lagi.
Namun sebenarnya dari mana makanan ini berasal?
Apakah tempe benar makanan asli Indonesia atau makanan hasil asimilasi dengan budaya lain?
Berikut sejarah lengkap tentang tempe.
Sejarah tempe Menurut peneliti pusat studi pandan dan gizi Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, tempe asli diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
“Jadi tempe bukan makanan dari luar (pengaruh dari negara lain),” papar Murdijati kepada Kompas.com, Selasa (8/9/2020).
Ia mengatakan memang ada makanan yang mirip tempe dari China, tetapi itu bukanlah tempe.
Proses pembuatan makanan tersebut butuh tujuh hari. Jadi Murdijati menekankan makanan itu bukan tempe.
Dalam naskah Jawa Kuno tepatnya di Serat Centhini yang berjumlah 12 jilid.
Tempe diceritakan dalam kurang lebih di lima jilid Serat Centhini.
Tercantum naskah yang menceritakan mengenai sambal tempe, tempe goreng, tempe bacem.
Bahkan tempe mentah yang diceritakan disantap bersama dengan kecambah dan sambal yang dibuat dari parutan kelapa.
Dalam Serat Centhini juga tercantum bahwa tempe selain makanan sehari-hari juga berguna sebagai makanan yang disuguhkan untuk hajatan.
“Tokohnya ada Amongraga dan Tambangraras, saat mereka menikah suguhannya juga ada tempe,” paparnya.
Namun sayangnya sejarah kapan tempe itu pertama kali diciptakan dan dinikmati oleh masyarakat Jawa tidak ada data yang jelas.
Sebab tempe sudah ditemukan ribuan tahun yang lalu.
Proses pembuatan tempe berasal dari daerah yang sekarang Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Tempe sempat jadi simbol kemiskinan Murdijati menyebutkan dahulu tempe adalah makanan yang murah dan diperuntukan untuk masyarakat menengah ke bawah.
Sebab kedelai adalah produksi pertanian yang harganya murah. Tempe menjadi makanan yang identik ada dalam rumah tangga masyarakat menengah ke bawah.
“Tempe sempat dikonotasikan sebagai simbol kemiskinan bukan simbol kehormatan,” kata Murdijati.
Namun berkat usaha para ahli meneliti manfaat tempe, pada akhirnya tempe diakui oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia bahkan bangsa lain di dunia.
Sejalan dengan dikenalnya manfaat tempe strata tempe juga berubah.
Tempe yang dulunya identik dengan makanan orang susah kini menjadi makanan super bahkan jadi oleh-oleh di beberapa daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Selain itu Murdijati juga menyebutkan tempe menyimpan filosofi sendiri bagi orang Jawa, yaitu jika melihat keluarga yang harmonis bisa terlihat dari tempe yang dibuat dari keluarga tersebut akan memiliki rasa yang enak.
Namun sebaliknya jika rasa tempe dari keluarga tersebut kurang enak, berarti keluarga itu tak harmonis.