Leuweung Geledegan Penginapan Baru dengan Nuansa Hutan Belantara Alami
BOGOR,-JurnalCakrawala.
Bagi mereka yang paham bahasa Sunda, mendengar istilah “Leuweung Geledegan (Hutan Belantara)” langsung terbayang sebuah hutan yang sangat rimbun, gelap, misterius, agak menyeramkan, dan sedikit berbau mistis.
Namun, berbeda saat masuk ke Leuweung Gegeledegan yang satu ini. Bayangan sebuah hutan yang gelap dan menyeramkan, sirna sudah. Tetapi, anda tetap mendapatkan atmosfer hutan yang hijau, udara bersih dan segar yang membuat senang paru-paru, serta pemandangan yang memanjakan mata.
Namanya, “Leuweung Gegeledegan Ecolodge”, sebuah hotel berkonsep bumi perkemahan atau yang biasa disebut glamping (glamour camping) yang berlokasi di Jalan Tamansari, Desa/Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
“Resor tematik ini sengaja mengambil nama dari Bahasa Sunda. Selain letaknya di Jawa Barat, pengelola pun punya tujuan mengenalkan budaya lokal Sunda kepada para pengunjung. Mulai dari makanan-makanan tradisional, permainan tradisional, dan seni tradisional. Namun, bukan berarti tak tersedia makanan nasional dan internasional,” tutur President Direktut PT Bogor Wahana Kreasi (BWK) Rizal Ginanjar Cahyaningrat didampingi General Manager, Jamaludin dan Direktur Utama LGE Hamid Munzir dalam acara Media Gathering, Sabtu (7/12/19).
Lanjut Rizal menambahkan, kedua restoran itu letaknya terpisah dengan “tenda-tenda” yang ada. “Maka, jangan kaget kalau ada hansip membawa kentongan, datang ke tenda. Mereka hanya mengingatkan tamu bahwa waktu makan siang atau makan malam sudah tiba,” imbuhnya.
Hotel yang berdiri diatas lahan 3,1 hektare ini terdiri dari 82 lodge yang dilengkapi 2 restoran berkapasitas 50 dan 100 orang. Lodge-nya pun unik, tampak seperti tenda tetapi memiliki fasilitas hotel berbintang. Pengunjung bisa tetap merasa dekat dengan alam sambil menikmati segarnya udara pagi dan hembusan angin sejuk. Makin lengkap dengan pemandangan Gunung Salak di depan mata.
“Jadi, jangan kaget apabila di malam hari menjelang tidur, terdengar suara jangkrik, kodok, dan binatang malam lainnya. Sebuah suasana yang sangat langka didapatkan di perkotaan,” ujarnya.
Selain resto, juga tersedia berbagai fasilitas di Leuweung Geledegan Ecolodge ini diantaranya, kolam renang tematik, kawasan 1 hektare untuk kegiatan outbound. Ada juga 5 ruang pertemuan yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, termasuk pernikahan.
“Hal yang berbeda dari Leuweung Geledegan ini ialah sisi edukasi bagi para pengunjung. Edukasi di sini lebih kepada penjelasan tentang berbagai tumbuhan yang ada di sekitar Leuweung Geledegan. Tanaman-tanaman itu juga bagian dari fasilitas pelengkap. Ada kebun buah-buahan dan taman bunga,” papar Rizal.
Di kebun buah-buahan, pengunjung akan dikenalkan dengan berbagai jenis buah-buahan yang sudah jarang ditemui seperti sapote, magic fruits, berbagai jenis anggur, dan lainnya. Di taman bunga, ada jejeran bunga matahari, tabebuya, jackaranda, bungur sakura, dan lainnya.
“Pengelola juga menjual bibit-bibit tanaman tersebut, sekaligus membimbing cara merawatnya. Dalam menangani kebun buah dan taman bunga, berikut penyediaan bibit, pengelola menggandeng petani buah dan bunga dari Cisarua (Bogor) dan Lembang (Bandung),” terangnya.
Menurutnya, selain bercengkrama dengan alam, LGE juga menyuguhkan pengalaman dan kenangan. Pengalaman bagi kalangan milenial dan menggugah kenangan bagi generasi yang lebih senior. Pengalaman dan kenangan itu dituangkan dalam berbagai hal seperti kuliner. Tak lupa, tersedia berbagai spot yang instagramable.
Untuk kuliner, pengelola menyiapkan makanan dan minuman tradisional tanah Priangan, di luar makanan nasional dan internasional. Beberapa makanan dan minuman jadul itu diantaranya kue balok, bandros, kue putu, bajigur, bandrek dan sekoteng.
“Yang menyajikannya adalah emang-emang yang memang sehari-hari berjualan makanan dan minuman tradisional tersebut. Kami sengaja bawa mereka ke sini agar pengunjung bisa berinteraksi dengan mereka. Ini akan menjadi pengalaman yang unik bagi kalangan milenial. Dan, bagi orangtua kalangan milenial, ini bisa menggugah kenangan,” ujar Direktur PT. Bogor Wahana Kreasi Rizal Ginanjar Cahyaningrat, pengelola LGE.
Hal unik lainnya, masih kata Rizal, hadirnya layar tancap atau kerap disebut misbar. “Sebelum bioskop merebak, orang-orang dulu kalau mau nonton film ya di layar tancap atau misbar alias gerimis bubar. Kenapa misbar? Karena lokasi layar tancap ini di luar ruangan, tanpa atap. Hanya kain dibentangkan sebagai layar lalu filmnya disorot ke kain itu. Kadang tidak ada kursi. Duduk ngampar di tanah beralaskan tikar. Ketika gerimis datang, penonton pun buar. Itulah misbar,” ucap Rizal.
Rizal menambahkan, Leuweung Geledegan Ecolodge ini cocok untuk berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Saat akhir pekan, tentunya keluarga yang mungkin lebih banyak menginap. Atau rombongan dari berbagai daerah. Untuk weekdays, target pasarnya ialah pemerintahan, swasta, dan anak-anak sekolah.
“Untuk weekdays, memang lebih ke MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) bagi pemerintah dan swasta, kami menyediakan team building juga. Sementara anak-anak sekolah, ada edukasi soal lingkungan dan tumbuh-tumbuhan,” pungkasnya. (Agus)