Layangan Berukuran 2 Meter Menyangkut di Kabel, Gardu Travo PLN di Tulungagung Meledak

Layangan Berukuran 2 Meter Menyangkut di Kabel, Gardu Travo PLN di Tulungagung Meledak

Smallest Font
Largest Font

Layangan berukuran besar yang diterbangkan warga Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Tulunggagung, Jawa Timur berujung padamnya listrik di wilayah tersebut, Sabtu (19/9/2020) malam.

Layangan tersebut menyakut di kabel PLN dan menyebabkan gardu travo meledak.

Awalnya warga mendengar suara ledakan keras dan disertai listrik padam.

Warga pun berhamburan keluar rumah, karena penasaran dengan bunyi ledakan itu.

Tidak lama kemudian petugas PLN datang menyisir di sekitar lokasi.

Mereka kemudian menemukan sebuah layang-layang sendaren atau gapangan, tersangkut di kabel listrik.

Layangan inilah yang menyebabkan hubungan pendek dan menimbulkan ledakan di gardu travo.

Menurut penurutan seorang warga bernama Solikin, awalnya terdengar suara sawangan (alat bunyi-bunyian) yang dipasang di layang-layang.

”Sawangannya terdengar keras seperti di atas kepala. Sepertinya layang-layangnya sedang menukik jatuh,” ungkap Solikin.

Petugas teknis PLN butuh waktu satu jam untuk menurunkan layang-layang bermotif garis-garis aneka warna itu.

Ukuran tinggi lebih dari 2 meter.

Layang-layang ini harus dipatahkan agar tidak berbahaya saat diangkut dengan mobil.

Akibat kejadian ini terjadi pemadaman listrik yang sangat luas di wilayah Tulungagung.

Selain di sekitar Desa Majan di utara, pemadaman terjadi di wilayah kota seperti Kelurahan Kutoanyar, hingga sebagian Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu.

Masih menurut Solikin, sehari sebelumnya juga terjadi pemadaman karena layang-layang turun di kabel listrik.

Namun, saat itu ukurannya lebih kecil dan proses evakuasi berjalan cepat.

”Kalau kemarin sepertinya listrik sengaja dipadamkan oleh PLN, untuk menurunkan layang-layang yang nyangkut,” ujarnya.

Menurut Petugas Layanan Teknis PLN ULP Tulungagung, Adi Prayitno, sudah lebih dari 10 kali terjadi ledakan karena layang-layang.

Bahkan kasus di Desa Junjung, Kecamatan Boyolangu, terjadi pemadaan hingga pagi hari.

Hal ini karena petugas butuh waktu untuk penelusuran hingga penggantian alat.

”Kalau tidak ada laporan kami harus menelusuri sepanjang jalur untuk menemukan penyebab listrik padam,” ungkap Adi.

Lanjut Adi, PLN sudah melakukan sosialisasi lewat kepala desa, agar para penghobi layangan ini tidak membahayakan jaringan listrik.

Selain itu, PLN juga sudah membagikan selebaran hingga ke desa-desa.

Namun hingga kini layang-layang tetap mendominasi sebagai penyebab padamnya listrik di wilayah Tulungagung.

”Ada penyebab lain seperti binatang. Tapi jumlahnya tidak sebanyak karena layang-layang,” tambah Adi.

Masih menurut Adi, para pelanggan dirugikan karena pemadaman ini.

Selain itu, PLN juga rugi karena setiap kali terjadi ledakan, pasti ada alat yang rusak.

Jika alat yang rusak adalah travo, maka PLN harus mengganti travo baru dengan harga sekurangnya Rp 100 juta.

”Harganya (travo) tergantung besar kecilnya. Tapi yang paling kecil sekitar Rp 100 juta,” kata Adi.

Dalam kejadian di Desa Majan ini, petugas PLN akhirnya bisa menemukan pemilik layang-layang.

Namun laki-laki 26 tahun warga Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru itu tidak diseret ke ranah hukum.

Ia hanya diminta membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya.

Dalam penjelasannya, pemilik layang-layang mengaku bersalah karena menaikkan layang-layang hingga malam hari.

Layang-layang itu putus kemudian jatuh di atas kabel PLN.

Editors Team
Daisy Floren