KANOPI FEB UI Berkolaborasi Dengan PASPI Selenggarakan Seminar Economic Talks and Discussion: Bedah Buku Mitos Fakta Sawit

KANOPI FEB UI Berkolaborasi Dengan PASPI Selenggarakan Seminar Economic Talks and Discussion: Bedah Buku Mitos Fakta Sawit

Smallest Font
Largest Font

DEPOK – Kajian Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (Kanopi) FEB UI, Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah sukses menyelenggarakan acara Economic Talks and Discussion: Bedah Buku Mitos Fakta Sawit, pada 22 Mei 2024.

Economic Talks and Discussion merupakan seminar dan forum terbuka yang mengundang para ekonom, pebisnis, dan pembuat kebijakan ternama yang telah menunjukkan pengetahuan dan kapasitasnya dalam mengatasi masalah ekonomi terkini di Indonesia. Pada tahun ini, Kanopi FEB UI berkolaborasi dengan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) untuk menyelenggarakan seminar “Economic Talks and Discussion: Bedah Buku Mitos Fakta Sawit Edisi Keempat” dengan tema “Gain or Drain: Digging the Truth within Indonesia’s Palm Oil Dilemma”.

Dalam>

Universitas Indonesia merupakan universitas penutup dari rangkaian sosialisasi buku “Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat” yang sebelumnya telah dilaksanakan di 10 universitas lainnya di Indonesia.

Seminar ini bertujuan untuk menyuguhkan diskusi multiperspektif dan faktual terkait industri sawit yang kerap menjadi polemik di kalangan masyarakat dan pembuat kebijakan. Peserta dapat menyaksikan diskusi dari para pembicara dan panelis mengenai isu-isu krusial seputar industri sawit di Indonesia, di antaranya Faisal Basri (Ekonom Senior), Arief Wibisono Lubis, Ph.D (Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FEB UI), Eddy Abdurrachman (Direktur Utama BPDPKS), Dr. Ir. Tungkot Sipayung (Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI)/Ketua Tim Penulis Buku), Felia Salim (Board of Director AndGreen Fund), Mohamad Dian Revindo, Ph.D. (Kepala Kelompok Penelitian Iklim Bisnis dan Rantai Nilai Global LPEM FEB UI), Achmad Surambo (Direktur Eksekutif Sawit Watch), dan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec (Menteri Pertanian 2000-2004 dan Ketua Dewan Penasehat PASPI). Acara ini juga diramaikan oleh sejumlah dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum yang memiliki minat terhadap isu menarik ini.

Sesi>

Para pembicara dan panelis memberikan berbagai tanggapan yang kritis dan beragam mengenai bahasan industri kelapa sawit dalam acara ini. Dr. Ir. Tungkot Sipayung menekankan bahwa meskipun industri kelapa sawit masih menghadapi tantangan keberlanjutan, kontribusinya terhadap perekonomian sangat besar. Generasi muda perlu berinovasi agar sawit menjadi lebih berkelanjutan. Sawit adalah komoditas yang masih berkembang pesat, Indonesia menguasai 60 persen perdagangan sawit global. Indonesia adalah produsen sawit bersertifikasi terbesar di dunia. Menurutnya, diperlukan dorongan strategi untuk menjadikan sawit lebih berkelanjutan sambil mempertahankan kontribusi ekonominya.

Faisal>

Dari aspek lingkungan dan pembiayaan hijau, Felia Salim menyoroti stagnasi UMKM di Indonesia yang masih terlalu profit-oriented tanpa mempertimbangkan biaya lingkungan jangka panjang. Dengan 16 juta smallholders, nyatanya petani kelapa sawit kesulitan dalam menentukan harga pasar dan meningkatkan status sosial-ekonomi. Dengan begitu, Ia melihat bahwa produktivitas smallholders ini masih sangat rendah—produksi minyak sawit mereka sangat berfluktuasi mengikuti pergerakan harga dunia. Menurutnya, ini salah satu alasan terbesar rendahnya credit growth pada UKM di industri sawit. Selain itu, Felia Salim menekankan pentingnya mengadopsi standar internasional seperti Green Taxonomy dan Corporate Sustainability Reporting Directive pada 2025. Menurutnya, Indonesia harus melihat sustainability bukan sebagai biaya mahal, tapi investasi jangka panjang yang mengurangi food waste dan dampak kesehatan. Climate financing harus menjaga profitabilitas dan inklusi sosial, serta menerapkan kebijakan untuk mengatasi deforestasi dan degradasi lahan.

Selanjutnya, Dian Revindo menyuguhkan pandangan seorang peneliti dan akademik. Ia berpendapat bahwa buku Mitos Fakta Sawit Edisi Keempat, walaupun sudah bersifat akademik, juga mengandung unsur advokasi sawit. Dengan itu, Ia berharap pembaca tetap bersifat kritis dalam membaca dan tetap mengacu juga pada referensi-referensi akademik lainnya. Buku ini menyediakan sudut pandang pro dan kontra terkait industri sawit, sehingga mereka bisa membentuk pendirian sendiri. Ia juga menyoroti bahwa buku tersebut mengasumsikan bahwa ada banyak pandangan negatif tentang penanaman sawit yang perlu dihadapi dengan data dan argumen yang jelas. Menurutnya, buku ini tepat dibaca oleh diplomat, pegiat, dan calon investor industri sawit.

Achmad Surambo menyatakan bahwa i​Industri kelapa sawit Indonesia mencakup sekitar 16,8 juta hektar menurut data pemerintah, tetapi data Sawit Watch menunjukkan luas mencapai 25,3 juta hektar pada 2023. Ekspansi sawit telah merambah ke berbagai wilayah termasuk Jawa, menimbulkan risiko pada biodiversitas dan keberlanjutan lingkungan. Deforestasi yang diakibatkan oleh perkebunan sawit mengakibatkan hilangnya karbon dan sumber air, serta sering terjadi pelanggaran terhadap aturan sempadan sungai. Pemerintah telah menginisiasi rencana aksi nasional sawit berkelanjutan, namun implementasinya masih minim dengan hanya beberapa provinsi dan kabupaten yang mengadopsi kebijakan tersebut. Selain itu, masalah sawit di kawasan hutan, ketidakjelasan definisi petani sawit, serta kurangnya kepemilikan dan legalitas buruh sawit masih menjadi tantangan besar yang memerlukan solusi dan perbaikan kebijakan.

Dengan>

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Admin Author

Rekomendasi

Postingan dibawah ini milik Platform Advertnative, jurnalcakrawala.com tidak terkait dengan pembuatan konten ini.