Dilema Libur Panjang dan Cuti Bersama Kala
Kasus Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan pada pekan kedua November 2020. Bahkan pada Jumat (13/11), angka penambahan kasus baru Covid-19 mencetak rekor baru sebanyak 5.444 kasus.
Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito Jumat pekan lalu, lonjakan kasus yang terjadi hari ini bisa disebabkan dua hal. Yakni, peningkatan laju infeksi atau peningkatan kapasitas testing di daerah.
Khusus untuk peningkatan laju infeksi, Wiku menjelaskan, bisa disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah momentum yang memicu kerumunan.
Pemerintah mencatat, ada dua fenomena yang berhasil menarik banyak massa belum lama ini, yakni gelombang unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja yang sempat terjadi pada Oktober lalu dan momentum libur panjang pada akhir Oktober. Libur panjang juga meningkatkan mobilitas penduduk dari ibu kota ke daerah.
“Jika memang angka ini disebabkan oleh laju infeksi, baik karena beberapa momentum seperti terjadinya demonstrasi maupun libur panjang maka hal ini perlu dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk meningkatkan upaya antisipasi kenaikan kasus ke depan,” kata Wiku.
Sehari setelah pernyataan Wiku, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Nasional, Doni Monardo menilai libur panjang pada akhir Oktober lalu kemungkinan berkontribusi terhadap penambahan kasus Covid-19 harian pada akhir pekan lalu. Setelah pecah rekor p Jumat, kasus positif Covid-19 harian kembali berada di angka 5.000-an kasus atau tepatnya sebanyak 5.272 kasus pada Sabtu (14/11.
“Libur panjang yang baru saja berlalu menyisakan kasus yang terjadi. Ya kita lihat tadi peningkatan. Jadi saya pikir ada keterkaitan,” kata Doni, dalam telekonferensi, Sabtu (14/11).
Doni mengatakan, meskipun saat ini terjadi peningkatan, kasus Covid-19 relatif lebih bisa dikendalikan jika dibandingkan peningkatan kasus yang terjadi September lalu. Menurutnya, lonjakan kasus pada November tidak lebih parah dari lonjakan yang terjadi pada September lalu.
Doni menyatakan, persentase kasus aktif di Indonesia lebih rendah dari dunia. Demikian juga dengan kasus sembuh di Indonesia yang lebih tinggi dari dunia. Namun, terkait status meninggal masih lebih tinggi dari dunia.
Dari total keseluruhan kasus Covid-19 di Indonesia, kasus aktifnya 12,9 persen dan kasus sembuh 83 persen. Kasus meninggal di Indonesia sebanyak 3,3 persen, lebih tinggi dari dunia yang sebanyak 2,4 persen.
Libur panjang periode 28 Oktober hingga 1 November 2020 memang terbukti berdampak pada penambahan kasus positif virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Bahkan, jumlah pasien di rumah sakit darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta Pusat meningkat hingga 21 persen per Ahad (15/11).
“Berdasarkan data tadi pagi pukul 06.00 WIB, hunian di tower 6 dan 7 adalah 53,8 persen. Kalau dibandingkan dengan hunian saat sebelum libur kemarin sebanyak 32 persen, jadi kami melihat ada pertambahan pasien 21 persen dalam kurun waktu sepekan ini,” kata Koordinator RS Darurat Covid-19 Mayjen TNI Tugas Ratmono saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Perkembangan Penanganan Covid-19 dan Kepatuhan Protokol Kesehatan, Ahad (15/11) petang.
Kendati demikian, ia menyebutkan, tingkat hunian pasien saat ini masih lebih rendah jika dibandingkan periode 25 dan 27 September lalu di mana tingkat huniannya hingga 90 persen. Kemudian, dia melanjutkan, keterisian pasien di flat isolasi mandiri di Wisma Atlet kini sebesar 27 persen atau meningkat dibandingkan sebelum libur yaitu 17 persen.
Artinya, terjadi peningkatan hunian di flat isolasi mandiri saat ini sekitar 10 persen. Kendati demikian, ia menyebutkan keterisian pasien di flat isolasi mandiri sekarang masih lebih rendah jika dibandingkan saat libur September lalu. Saat itu, keterisian flat isolasi mandiri mendekati 80 hingga 90 persen.
“Sehingga peningkatan keterisian setelah libur panjang kali ini tidak setinggi saat September lalu,” ujarnya.
Dilema Libur Panjang dan Cuti Bersama Kala Pandemi
Klik untuk memperluas
Evaluasi dan dampak ekonomi
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 tengah mengevaluasi perkembangan kasus penambahan infeksi virus ini hingga sepekan mendatang. Pihaknya ingin memastikan masyarakat benar-benar menerapkan liburan aman dan nyaman tanpa kerumunan. Kemudian dampaknya pada penambahan kasus Covid-19.
“Kalau bisa dikendalikan dengan baik, maka kami memberi masukan bisa diberi libur panjang selanjutnya. Namun, kalau masih terjadi peningkatan kasus, maka liburan berikutnya diperpendek atau ditiadakan sama sekali,” ujar Doni Monardo, Ahad.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengusulkan sebaiknya libur dan cuti bersama berikutnya termasuk akhir tahun ditiadakan sementara.
“Pemerintah bisa melihat positif dan negatifnya, kalau IDI sebagai profesi mengusulkan atau menyarankan mengkaji ulang kebijakan cuti bersama,” ujarnya
sumber:republika