"Asosiasi Petani" Prediksi Produksi Garam Jatim Turun Tahun Ini Hingga 1,2 Juta Ton

"Asosiasi Petani" Prediksi Produksi Garam Jatim Turun Tahun Ini Hingga 1,2 Juta Ton

Smallest Font
Largest Font
Petambak memanen garam di desa Tanjakan, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (10/7/2019). Petambak mengeluhkan harga garam yang terus menurun dari harga Rp700 per kilogram menjadi Rp500 per kilogram. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.

Ketua Umum Himpunan Masyarakat Petani Garam Indonesia (HMPGI) Mohammad Hasan memprediksi produksi garam rakyat yang dikelola petani di Jawa Timur (Jatim) di 2020 hanya sekitar 900 ribu ton. Adapun angka itu turun dibandingkan dengan di 2019 yang mencapai 1,1 juta ton.

”Kendalanya memang cuaca yang masih sering turun hujan. Sama halnya produksi garam rakyat nasional yang diperkirakan sekitar 2,1 juta ton, turun dibandingkan dengan di 2019 yang mencapai 2,9 juta ton,” kata Hasan, dikutip dari Antara, Kamis, 17 September 2020.

Hasan mengatakan, Jawa Timur masih menjadi penghasil garam rakyat terbesar se-Indonesia, dengan total lahan tambak seluas 11.150 hektare yang tersebar di 12 kabupaten/kota, lumbungnya ada di Pulau Madura.

Namun, kata Hasan, produksi garam rakyat tersebut hanya terserap pasar sekitar 80 persen, yaitu untuk konsumsi masyarakat. Menurut Hasan, untuk kebutuhan industri, perusahaan dan pabrik di Indonesia lebih memilih garam impor dari Australia dan India.

”Oleh karena itu, kami mendorong agar pabrik dan perusahaan menyubstitusi garam impor untuk kebutuhan industri dengan garam Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dihasilkan oleh petani lokal. Dengan cara itu lah produksi garam rakyat bisa terserap 100 persen di pasaran,” tuturnya.

Ia menjelaskan yang menjadi persoalan mendasar saat ini adalah harga garam yang dipanen petani ditentukan oleh mekanisme pasar. Contohnya hasil panen garam di 2019, yakni tengkulak membelinya seharga Rp250 per kilogram, dan biasanya menjualnya kembali ke pasaran Rp550 per kilogram.

”Tahun ini, kendati hasil panen dipastikan menurun, tengkulak menaikkan harga beli garam senilai Rp350 per kilogram. Harga yang ditentukan tengkulak tersebut masih dirasa merugikan petani,” ucapnya.

Untuk itu, Hasan akan memperjuangkan agar pemerintah yang menentukan harga pokok penjualan atau HPP garam, dan pihaknya pada 2017 mengusulkan HPP garam sebesar Rp1.500 per kilogram agar petani bisa sejahtera.

Matrai, salah satu petani garam tambak di kawasan Benowo, Surabaya, mengakui, sejak Juli wilayah Surabaya memang seringkali diselimuti mendung, selain juga hujan yang sampai sekarang masih turun.

”Hasil panen tahun ini belum diketahui karena masih sedang berlangsung. Tapi kalau cuacanya seperti ini pastinya hasil panen tidak sebagus tahun lalu,” katanya.

Matrai menggarap lahan tambak garam seluas sekitar satu hektare di kawasan Benowo, dibantu istri, anak dan sejumlah cucunya yang beranjak remaja. Sementara terkait rencana tengkulak yang bersedia membeli lebih mahal dari tahun lalu, Matrai belum bisa menanggapi

”Harga beli tengkulak informasinya naik. Tapi saya belum tahu berapa. Kalau tahun lalu dibeli Rp250 ribu per ton,” pungkasnya.

sumber : medcom.id

Editors Team
Daisy Floren